Senin, 29 September 2008

MY COUNTRY's People Trade Dumped Fried Chicken

a

I do not know what is a suitable word to name this product, since I am not a Linguist Expert. Chicken, meat, other consumed foods are usually served in Hotels, Restaurant, parties rooms. Some are uneaten, some are partly eaten. Then the residue of the are thrown in garbage box and finally dumped in tons to final recycle beans.

Later these stuffs are washed, reprocessed, to be sold at lower price. The recycled food nowadays has become commodities in a certain place. Some are re-fried, some are mixed with flour s and re-cooked. It is easily found in public place throughout Jakarta.

Many occurrences have been happening in Indonesia since the time all described my country to have been in multi dimension crisis. I got used to a human being who ate all dead body taking out from graves, and every day one can sightsee how a human being act as animal, I got used to any weird thing happening in my country. But this occurrences get me down.

As fellow citizen, like majority, I can not do something. I started to blame my self for not doing anything to eliminate such thing. I then just take it as a human fate. But sympathy can not be halted to come up. But, no choice even I have enough adequate educational background I still can not support my life and family. Still struggling for my better life.

But the endless feeling has not disappeared yet, the other incident happened again. thousands flocked the house of a wealthy family in Pasuruan of East Java Province. They rushed to the family house just to squeeze to get Zakat (Moslem's tithe paid at the end of Ramadhan Holy month) distributed by the family. It is shocking knowing that each struggle for only Rp. 30,000 (equivalent to USD 3.-). nearly 30 died, and hundreds were injured.

It is quite complicated to describe what is going on in this multi natural resources country. This country exports oil, palm oil, woods, garment, sands, reef, rock, stones, fruits, fishes, vegetables, herbs, preserved animal, antiques articles, water, leaves, crafts, as well as maids, nurses, seamen, air crew, musicians, whores, bandits, criminals, corruptors, messengers and thousands of income subjets. But money Velocity never touch the bottoms segment.
Read More...

Sabtu, 12 Januari 2008

Lowongan Kerja di Tempatku Bekerja

a

Bagi saudara-saudara ku di kampung khususnya dan masyarakat Indonesia pada umumnya, kalau punya kemampuan apa saja dan ingin berkarir di mana saja, segera buka adalowongan.com. Di sana ada semacam formulir isian secara elektronik, untuk siapa saja.''

Perusahaan tempat saya bekerja adalah perusahaan outsourcing yang menurut saya paling bagus yang pernah saya tau. Clients yang sudah adapun adalah perusahaan-perusahaan besar

Selamat mencoba Read More...

Selasa, 25 Desember 2007

Laba, Mr Spider, Mr Profit, Pak Untung, Mad, Udin, Bule, Mea, George Michael dll

a

Nama ku Laba, tetapi sepanjang hidup ku aqu pernah tinggal di beberapa lingkungan, beberap tempat dan waktu yang berbeda. Orang sekitarku pun lantas mengarang namaku, karena jarang aku menyebutkan nama panggilan ketika berada di lingkungan baru. Biasanya aku sebutkan nama lengkapku dan orang lain memilih manggil aku .....
Ya aku sendiri sampai hari ini tidak tahu aku lebih baik dipanggil apa.

Suatu saat dulu, kami 4 bersaudara, sama sama kuliah di Malang. Kedua Adikku berkuliah di Univ. Gajayana, Aku di Univ. Brawijaya Malang dan Abangku di Univ. Muhammadiyah Malang. Sebelumnya kami tinggal di kost-an yang berbeda semua di Malang, Jawa Timur.

Suatu kali kami kehabisan bekal dan akhirnya tidak gengsian, nyari sebuah rumah kampung dan ngontrak basis setahun, dan akhirnya berhasil tinggal bersama.

Persoalan baru muncul ketika di dalam rumah itu ada 4 nama yang sama. semua-semua punya teman yang seabrek, dan teman-teman yang selalu berkunjung ke rumah kami itu. Pertanyaan selalu muncul : Ada Laba?
4 nama itu adalah
1. Zainal Abidin Laba
2. Muhammad Syafiuddin Laba
3. Qadarsman Laba
4. Malik Fajar Laba
Padahal Laba adalah nama marga kami, namun munglkin nama kami tidak pasaran untuk lingkungan Jawa maka Laba yang terpilih menjadi nama. 3 saudaraku juga mengalami kondisi yang sama Read More...

a

Nanti saya ceritakan sedikit keadaan di kampung ku Read More...

Sabtu, 15 Desember 2007

Alor dan Ketidak Tahuan Teman

a

Namaku diberi dari orang tuaku tanggal 04-0401972 lalu Muhammad Syafiuddin Laba di Alor, provinsi NTT. Menyebut nama Alor, jarang ada yang mengenal kecuali ada keterdekatan (approximity) lain. Misalnya saya pernah bertemu seorang Tentara di pedalam Lumajang, Jawa Timur. Ia tau Alor karena pernah tugas di Tim-tim tahun 1975 an. Aku juga bertemu seorang pelaut asal Bandung. Ia tau karena saat belajar dulu diajarkan mana-mana laut terdalam di Indonesia, kampung memiliki itu.

Aku baru bertemu Mister Ahmad Sudradjat, ia orang Indonesia yang menjadi warga negara Emarate, tinggal di Dubai. Ia lebih banyak tahu Alor : Ada kurma tumbuh di Alor (masa kecil aku memang banyak kurma di sana). Kalangan kerajaan di sana sedang berupaya melestarikan beberapa pohon kurma yang usianya ribuan tahun. Kurma itu tembus pandang hingga kelihatan bijiannya dari luar, kurma kristal kira-kira namanya, yang kata Mister Ahmad beberapa abad silam dibawa dari Alor jazirah sana, yang di sananya lestari dan khusus buat kalangan raja-raja (tidak akan pernah ditemukan di luar lingkungan ningrat) sedangkan di situs asalnya mendekati punah. Memang daerah saya pada komunitas Muslim, adalah turunan timur tengah yang datang untuk berdagang, cocok tanam, sebar agama seperti halnya saudara ku dari Kristen dari negara Eropa. Malah Dili yang jaraknya 4 jam dayung sampan dari pantai selatan Alor, dulu nenek moyang ku yang buka. Tercatat di Dep. Agama Pusat, dan siapa saja yang pernah dekat dengan Timtim, bangunan pertama di Dilli adalah Masjid An Nur Kampung Alor. Sejarah yang saya dengar, dulu Belanda menjajah Dilli, Portugis menjajah Alor. Namun ditukar, Belanda kemudian pindah ke Pulau Alor dan Portugis Ke Dilli (tahun-tahunnya menyusul). Nah pada saat pertukaran ini, kapal pertama Portugal (kata Data di Depag) disambut oleh pengusaha di Dilli dengan tarian khas Timur Tengah. Artinya itu nenek moyangku, Marga aku Baba, 4 turunan di atasku, kini orang mengenalnya Kyai Baba, datang dari Ternate ke Rumah Besar (Uma Pelangserang) kawin dengan seorang putri asal Bugis, moyang aku. Kyai Baba kemudian mengembangkan Islam yang sudah ada namun masih teori, penginggalan Kerajaan Sikka yang kata sebuah dukumen diberi oleh rekan saya Bapak Tengku M. Jayadhi Nur dari Aceh kerajaan Sika di Alor memiliki pusat pemerintahan sampai ke Bima. Kurun waktunya sekitar berdirinya kerajaan Pasai. Tercatat A Bastian dan beberapa pengeliling dunia pernah singgah di Sikka (Alor, bukan Sikka Maumere di Flores) yang mashur zamannya, yang peninggalannya masih ada hingga hari ini. Kini daerah ku masih menganut kerajaan bahkan ada beberapa kerajaan yang masih dipertahankan. Di Kota Kalabahi (Dibuka oleh kakek-kakek saya tahun 1911, pindah dari Desa Alorkecil desa aku). Raja di Alor sekarang adala Raja Nampira yang menguasai Kota Kalabahi dan sekitarnya.

Nanti aku lanjutkan, seorang teman memanggil aku untuk cofee morning di Center Point Batam Read More...

Kamis, 22 November 2007

Gaptek

a

Ini Tulisan Peratama ku, entah sekian tahun yang akan datang aku mungkin tertawa sendiri melihat ini. Tadi saya nonton TV, ada live pertandingan sepak bola Arema melawan Persiwa Wamena. Posisi 1-1. Tidak berubah kedudukan sampai sekitar 10 menit menjelang akhir babak kedua. Seorang pemain asing, saya lupa namany, keliahatannya dari Amerika Latin, begitu masuk menggantikan pemain Arema asal Jawa. Betapa heboh, pemain itu baru pertama kali merumput di Inonesia, baru pertama menyenyuh bola, langsung gol. Vini Vidi Vici kata si Penyiar. begitulah saya saat ini dengan blogspot ini.

Rasanya senang sekali saya bertemu adik alumni saya. Namanya Arif, asal Ponorogo. Dia baru sebulan tiba di Batam, saya baru 4 hari tiba di Batam. Arif bekerja di Lab IT yang juga bisa menjadi Warnet milik Hang Tuah.

Hang Tuah adalah Sebuah perguruan yang memiliki TK SD SMP SMA, yang didirikan oleh Bapak Angkat Saya Imbalo Iman Sakti ( Lihat di http://Imbalo.wordpress.com ) Usaha lain adalah Mini Market, Toko Bangunan, Klinik, Travel Agency, Ticketting, Percetakan, Warnet, Pujasera, dan masih banyak lagi.

Saya dua tahun lalu meninggalkan Batam untuk kembali ke kota kelahiran saya Kalabahi, Kabupaten Alor, NTT. Begitu asingnya nama daerahku itu.

Tapi hari ini saya di Batam dalam rangka Nostalgia dengan semua yang dekat denganku di Batam. Ternyata usaha Pak Imbalo Iman Sakti sangat pesat. Selain Yayasan Pendidikan, Yayasan Lembaga Konsumen Muslim Batam (YLKMB) yang mana saya adalah Wakil Ketua dari Pak Imbalo, dan Adikku Aries Kurniawan, SE., M.Hum ( http://Ariesaja.wordpress.com ) sebagai Sekretaris maju pesat. Sudah beberapa negara mereka kunungi, terakhir mereka diterima secara resmi di berbagai kota di Thailand, Myanmar, dan selanjutnya mereka menciptakan program Tebar Kurban untuk Muslim Myanmar. Yakni mengajak kaum muslim Indonesia yang mampu untuk berkurban di Myanmar yang sangat terindas oleh regime di sana.

Arif (bukan Aries) yang jebolan Politeknik Brawijaya Malang, dan saya Alumnus FIA Universitas Brawijaya Malang tahun 1995 pun langsung akrab, dan saya biasanya dalam berkenalan menciptakan sesuatu yang kira-kira tidak akan terlupakan meski nantinya berpisah lama. Timbul keinginan untuk mengajarkan cara membuat blog dan langsung saya membuat blog.

Untuk generasi seperti saya, harus diajarkan segala sesuatu yang berbau komputer. Saya masuk kampus 1990 dan baru mengenal komputer di sebuah desa, rumah teman kuliah saya. Saya sering bertemu teman seangkatan misalnya dari universitas di Riau atau Medan, yang mengaku belum mengenal komputer saat saya sudah mahir mengetik.

Alhasil betapa sebangnya bisa bermain game tetris dan battle city dari komputer saat itu. Sedangkan skripsi saya sampai Bab III masih menggunakan CW (chi-writer) baru pada Bab IV saya memakai WS 6.0. Jadi wajarlah menjadi blogger harus dibimbing sama halnya ketika mulai menggunakan e-mail.

Saya baru mengenal komputer saat masuk kepada mata kuliah Komputer Akutansi. Masuk ke Lab Komputer FIA Unibraw, Pak Suhadak yang Alumnus S2 Australia baru mulai mengajarkan D'base, Lotus, Komputer Akuntansi. Komputernya saya lupa kelasnya, yang jelas memakai disket besar yang seperti klise itu.

Disket floppy saya baru jumpa setelah ujian skripsi. Malah saya begitu bingung ketika selesai kuliah, ikut teman ke Jakarta dan mau melayangkan lamaran. Saya pergi ke rumah tetangga saya di Alor yang sudah bekerja di Jakarta yang adiknya masih kuliah di Tekhnik UI. Arif juga namanya. Betapa bingung ketika disuruh menghidupkan komputer lalu ada mouse. Saya bingung dengan mouse saat itu, 1995.

Wajar ketika beberapa tahun lalu muncul istilah Gaptek atau gagap teknologi. Maka saya juga termasuk kategori itu.

Setelah ini barulah saya bisa dikatakan pernah menggunakan blog. Read More...